Bawaslu Sumbawa Sanapiah

Sumbawa - Ditengah derasnya arus digitalisasi, nasionalisme sering kali ditantang oleh derasnya informasi yang bercampur antara fakta dan propaganda. Generasi muda yang hidup di era serba cepat ini membutuhkan ruang pembelajaran yang tidak hanya memberi pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan tanggung jawab sosial. Di sinilah Sekolah Kader Pengawas Partisipatif (SKPP) daring yang digagas oleh Bawaslu RI menemukan relevansinya, menjadi wadah pendidikan demokrasi yang menanamkan nilai nasionalisme di era digital, khususnya untuk pemuda yang ada di Kabupaten Sumbawa, dan secara umum untuk NTB. Kamis (6/11)

Sanapiah, S.Pd., C.Med mengungkapkan SKPP daring bukan sekadar pelatihan teknis tentang pengawasan pemilu. Ia adalah gerakan moral dan intelektual untuk menyiapkan warga negara yang kritis, jujur, dan peduli terhadap nasib bangsanya. Melalui pembelajaran virtual, para peserta diajak memahami hakikat demokrasi sebagai jalan bersama menuju keadilan sosial, bukan sekadar proses memilih wakil rakyat lima tahunan. Diskusi, simulasi, hingga praktik pengawasan daring menjadi sarana membentuk karakter partisipatif yang kokoh di tengah dunia maya yang rawan manipulasi politik dan disinformasi.

Di tingkat nasional, SKPP daring berhasil menjangkau ribuan anak muda dari berbagai daerah tanpa batas geografis. Mereka terhubung dalam semangat yang sama untuk menjaga integritas demokrasi Indonesia. Dari Aceh hingga Papua, dari Jakarta hingga Nusa Tenggara Barat, dari Lombok Utara hingga Bima, semua peserta merasakan bahwa nasionalisme kini bisa tumbuh di ruang virtual, melalui kolaborasi, kepedulian, dan aksi nyata menjaga kualitas demokrasi bangsa. 

Ia juga menegaskan, Khusus di Kabupaten Sumbawa, manfaat SKPP daring akan terasa lebih kuat. Wilayah yang dikenal dengan keragaman budaya dan dinamika politik yang tinggi, di mana partisipasi masyarakat menjadi kunci utama menjaga kondusifitas demokrasi lokal. Melalui SKPP daring, generasi muda Sumbawa tidak hanya mendapatkan bekal teori, tetapi juga ruang untuk memperkuat jejaring sosial politik yang sehat. Mereka menjadi pelopor gerakan pengawasan berbasis nilai, menolak politik uang, mengedukasi pemilih, dan mendorong pemilu yang berintegritas.

Pelaksanaan SKPP secara daring juga membuktikan bahwa pendidikan demokrasi tidak harus terkungkung oleh ruang dan waktu. Justru melalui teknologi, semangat nasionalisme bisa menjangkau lebih banyak kalangan, termasuk mereka yang tinggal di wilayah terpencil, bahkan jaringan sering terhambat, namun semangat peserta tidak kendor sebab itu. Dengan koneksi internet yang terbatas, kamera, dan komitmen moral, para kader muda dapat belajar, berdiskusi, dan berkontribusi langsung bagi masa depan demokrasi di Sumbawa.

Pada akhirnya, nasionalisme di era digital bukan lagi soal seberapa keras seseorang bersorak “merdeka”, tetapi seberapa jauh ia menjaga nilai-nilai kejujuran dan keadilan di ruang publik. SKPP daring telah memberi contoh bahwa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan cara baru, dengan menjadi pengawas partisipatif yang berintegritas, yang menjaga demokrasi bukan karena jabatan, tapi karena panggilan nurani sebagai warga negara Indonesia dan pemuda sebagai penerus generasi bangsa. Tutupnya

Penulis dan Foto : Hasbi

Editor : Rr